Festival Peresean Sekotong Barat: Tradisi, Keamanan, dan Kebersamaan

Semarak Budaya di Sekotong, Paguyuban Datu Sekotong Diresmikan Bersamaan Pembukaan Seni Peresean

Lombok Barat, NTB – Kemeriahan semangat kebudayaan lokal mewarnai Dermaga Tawun, Dusun Tawun, Desa Sekotong Barat, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.

Acara pembukaan seni budaya Peresean sekaligus peresmian Paguyuban Datu Sekotong sukses digelar, Senin (4/8/2025).

Bacaan Lainnya

Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat dan tokoh penting, menunjukkan komitmen kuat dalam melestarikan warisan budaya Suku Sasak.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga momentum penting untuk mempererat silaturahmi antarwarga.

Kapolres Lombok Barat, Polda NTB, AKBP Yasmara Harahap, S.I.K., melalui Kapolsek Sekotong, Iptu I Ketut Suriarta, S.H., M.I.Kom., menegaskan pentingnya acara ini.

Sehingga, pengamanan dan monitoring ketat telah dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian acara berjalan lancar.

Peresean: Lebih dari Sekadar Pertarungan

Dalam laporannya, Ketua Panitia, Zaka Wira Putra, menjelaskan bahwa festival Peresean ini memiliki tiga tujuan utama.

“Pertama, melestarikan seni budaya tradisional Sasak, khususnya Peresean, agar tetap dikenal dan dicintai oleh generasi muda. Kedua, mempererat tali silaturahmi antarwarga melalui hiburan budaya daerah. Ketiga, mendukung geliat pariwisata serta menggerakkan ekonomi kreatif masyarakat sekitar,” ujar Zaka.

Acara ini terselenggara berkat kolaborasi erat antara panitia pelaksana, pemerintah daerah, tokoh adat, karang taruna, serta dukungan dari berbagai sponsor dan donatur.

Wujud nyata dari kebersamaan ini terlihat dari suasana yang kondusif dan penuh semangat kekeluargaan.

Pertarungan Peresean sendiri merupakan tontonan yang sarat makna. Dengan dipimpin oleh tiga orang pekembar. Satu pekembar tengah dan dua pekembar pinggir, para pepadu (petarung) bertanding menggunakan rotan sepanjang kurang lebih 1 meter sebagai senjata dan ende (tameng) dari kulit sapi sebagai pelindung.

Pertarungan berlangsung selama empat ronde dengan durasi sekitar tiga menit per rondenya. Aspek paling krusial dari tradisi ini adalah nilai sportivitas yang dijunjung tinggi oleh para pepadu.

Dukungan Penuh dari Kepolisian dan Peresmian Simbolis

Komitmen kepolisian dalam mengamankan kegiatan ini disampaikan langsung oleh Wakapolsek Sekotong, Ipda Hasanuddin.

“Kami dari Polsek Sekotong berkomitmen untuk mendukung penuh kelancaran dan keamanan kegiatan Peresean ini. Kami ingin memastikan acara ini dapat berjalan tertib, aman, serta tetap menjunjung tinggi norma-norma adat dan peraturan yang berlaku,” tegas Ipda Hasanuddin.

Pernyataan ini menunjukkan sinergi antara aparat keamanan dan masyarakat dalam melestarikan budaya.

Puncak acara ditandai dengan peresmian Paguyuban Datu Sekotong dan pembukaan festival Peresean secara simbolis.

Wakapolsek Sekotong, Ipda Hasanuddin, mendapat kehormatan untuk memukul gong sebanyak dua kali, menandai dimulainya kegiatan yang menjadi kebanggaan warga Sekotong.

Untuk menjaga nuansa persaudaraan, peserta atau pepadu yang bertanding hanya berasal dari paguyuban Desa Sekotong dan sekitarnya, tidak mengundang paguyuban dari luar kecamatan.

Aman dan Kondusif, Tanda Keberhasilan Pelestarian Budaya

Acara yang berakhir pada pukul 18.00 WITA ini berjalan dengan aman, lancar, dan kondusif. Keberhasilan ini tidak lepas dari pengamanan ketat yang diberikan oleh anggota Polsek Sekotong.

Melalui kegiatan seperti ini, seni budaya Peresean tidak hanya menjadi warisan masa lalu, tetapi juga bagian integral dari kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Sekotong.

Semangat untuk terus menjaga dan mempromosikan tradisi ini diharapkan akan terus membara, menjadikan Sekotong sebagai salah satu pusat pelestarian budaya Suku Sasak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *